Travelling… MENGGANTUNG ANTARA LANGIT DAN BUMI

Begitu melesat kaki ‘burung Garuda Raksasa’ dari landasan pacu bandara Soekarno-Hatta dalam udara malam yang dingin, maka tidak ada kepasrahan kepada yang lain melainkan pada Sang Khalik Maha Pencipta, pemilik nyawa dari ratusan manusia yang ada dalam perutnya. Makhluk manusia yang bernyawa terdiri dari berbagai warna kulit, rambut, mata, pakaian,perilaku dan berbeda keyakinan itu bersama-sama menuju ke suatu tempat tujuan bernamaBandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) di Sepang Malaysia. Semua boleh berbeda tapi tujuannya sama untuk keselamatan bersama di permukaan bumi ini. Bukan untuk bermusuhan dan saling menghancurkan. Soal keyakinan berbeda urusan masing-masing jangan sampai mengurusi dan apalagi memaksakan keyakinan kepada orang lain. Dan dalam perbedaan itulah sebuah keindahan, bagaimana manusia bekerjasama untuk dan demi keselamatan bersama, seperti dalam perut burung Garuda Raksasa ini, pikirku. Sekian ratus jasad beserta nyawa manusia berbeda terbang melayang diudara mengandalkan mesin yang di disain otak cerdasnya manusia yang berbeda. Dan berada didalamnya layaknya seperti diam menggantung antara langit dan bumi. (Akuteringat ceramah Pak Kiyai pada puasa beberapa waktu yang lalu, bahwa nasib pahala puasa Ramadhan manusia yang tidak menunaikan zakat fittrah, akan menggantung antara langit dan bumi, ya..kira-kira seperti nasib Aku dan ratusan penumpang pesawat ini sekarang, bisikku dalam hati).

IMG_0972    IMG_0981

Mengagumi dan mengandalkan kepintaran otak manusia menciptakan mesin jet yang mampu membawa manusia terbang beramai-ramai, ratusan jiwa, seperti diketahui tidak punya mesin dan sayap yang cukup kuat melawan kekuatan alam, banyak yang telah terjadi, ketika waktu ‘panggilan untuk kembali tiba’ mungkin bersama-sama dalam satu pesawat, semua harus berakhir tak sedetikpun bisa ditunda, tidak ada seorangpun manusia tahu kapan waktu itu tiba. (Tak lama kalimat itu Aku tulis, sebuah pesawat Merpati bukan Garuda bersama penumpangnya terjun kelaut membawa sejumlah penumpang selamanya di Kaimana Papua…Ohhhhhhhhh, syair lagu …senja di Kaimana yang mengalun merdu, syahdu yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi legendaris sekalipun tidak mampu lagi menghibur kita, terutama keluarga yang ditinggalkan…tinggal kesedihan dan kenangan yang melekat dalam dada kita masing-masing dan seribu pertanyaan menggayutinya, kenapa ini bisa terjadi???..). Karena itu ada orang-orang yang trauma naik pesawat terbang. Orang mengatakan terbang di udara apalagi dalam waktu yang cukup lama, membuat manusia lebih dekat kepada Tuhan, benarkah? Aku tidak tahu,tanyalah pada mareka yang tidak punya Tuhan. Kalau tidak punya Tuhan alias Ateis apa yang dipikir dan rasakan ya? Apa mareka takut juga naik pesawat terbang, takut pesawatnya jatuh kehilangan nyawa, lalu tamat, tak tahu lagi pergi atau kembali kemana? Tamat. Ya, tamat ceritanya tidak berlanjut ke cerita akhirat, tidak ada cerita pertanggung jawaban. Kehidupan ya apa yang di dunia, sudah itu ya sudah. Ehm,..karena tak meyakini ada kehidupan akhirat dengan pertanggungjawaban pada Tuhan, mareka yang berpaham seperti itu, mungkin itu sebabnya kenapa ‘sangat kemaruk dan cenderung menghalalkan segala cara’ untuk memperoleh kesenangan duniawi? Walahu’alam!

images (4)     IMG_0983

Sementara itu manusia yang punya Tuhan hanya mampu berdo’a :”Ya Allah Ya Rabb lindungilah perjalanan kami ini ..jadikanlah perjalanan kami ini perjalanan yang memberikan manfaat dan jauhilah kami dari kemudaratan dan kecelakaan ..Wahai, Sang Pemilik Jagad Raya, kami sekarang menggantung antara langit dan bumi dan mengandalkan keselamatan pada mesin yang sedang menderu kencang ini..Kami ingin Ya rabb mesin ini terus menderu membawa kami terbang,berdendang bersama angin dan awan-awan makhlukMu dari satu tujuan ke tujuan berikutnya, sampai kami kembali pulang dari mana kami berangkat..Engkaulah YaRabb tempat kami bermohon perlindungan terhadap keselamatan..”Amin ya Rabbal’alamin.

“What would you like to drink?, suara pramugari bermata biru dan berambut pirang menyentakkan do’a didalam hatiku,hampir saja terucap dari mulutku kalimat terakhir dari do’aku itu: ”Amin Yarabbal’amin”.

Kalau itu yang keluar dari mulut mungkin Aku akan tidak dapat minum atau makan apa-apa malam itu. Atau sebaliknya Aku akan dapat berkah dari makanan yang disajikannya.Untunglah Aku cepat menyadarinya :”..Tea, please..” Sementara Sang Ratu isteriku disamping dari tadi sudah teretidur pulas mungkin karena kecapaian atau sedang bermimpi sudah sampai dan belanja macam-macam barang kesukaannya di Barcelona dan Paris…..perempuan hehehe, bisikku dalam hati..??? Kalau naik pesawat kebanyakan tidur bisa-bisa tidak dapat service pelayanan makan-minum apa-apa. Ini bukan Aku yang bilang lho, tapi Aku lihat dan perhatikan sendiri, pelayan dari makhluk yang cantik dan lembut itu, tidak mau mengusik tidur penumpang sebagai sang ‘Boss’-penumpang adalah Raja’nya. Suatu yang menjadi tabiat kali, bagaimanapun capek, Aku sulit tidur selama perjalanan,kecuali tertidur sendiri. Mungkin karena ingin menikmati perjalanan setiap detiknya, untuk dapat menikmati setiap event yang terjadi, melihat-mendengar-merasakan dan terakhir bercerita pengalamannya seperti sekarang..asyik, bukan?! Kali ini pengalaman yang kedua terbang ke luarnegeri setelah beberapa tahun lalu ke Istanbul Turki. Pengalaman terbang dalam waktu yang lama membuat ‘hati bertanya-tanya’, semua bisa terjadi tiba-tiba dan tamat kehidupan dunia ini seketika. Jika tertidur pulas dan tiba-tiba terjadi apa-apa bagaimana? Itu yang selalu aku pikirkan setiap dalam perjalanan apalagi dalam jarak jauh.

Garbarata1 (13)  IMG_1596

Hampir dua jam lebih dalam kondisi menggantung antara langit dan bumi dan tak berasa didalamnya, karena ada mainan tepat didepan mata. Sebuah monitor TV kecil tepatnya dibelakang seat penumpang lain. Dari monitor tersebut Aku tahu info tentang pesawat sudah sampai dimana,kecepatannya, kondisi cuaca, suhu serta ketinggian terbangnya dari permukaanbumi. Selain itu dari monitor tersebut dapat juga Aku menonton film-film terpilih yang disajikan oleh Maskapai KLM dari yang film modern, sport, petualang, keluarga, klasik, music, film kartun sampai permainan game untuk anak-anak dan orang dewasa. Aku ingin mencoba, karena Aku lihat Anak teman kami itu yang duduk disamping nyonyaku itu, seakan sudah familiar dengan monitor dan romotenya. Ah, Aku juga tak mau ketinggalan, masak Aku kalah sama dia, pikirku. Lantas Aku memilih film bertema keluarga. Terus terang mula-mula Aku sedikit ‘gaptek’ dari perintah-perintah pada remote control itu, tapi lama-lama Aku bisa juga setelah kuperhatikan orang yang duduk di seat didepanku. Tidak begitu lama sebuah film keluarga tersaji di depanku, tapi dilayar muncul pemberitahuan, bahwa anda tidak cukup waktu untuk memutarkan film tersebut, karena pesawat tidak lama lagi akan mendarat di Bandara KLIA Sepang. Tapi sebelum layar monitor beralih ke info penerbangan, Aku sempat juga menyaksikan sebentar adegan ‘keluarga’ yang berlangsung dikamar disebuah rumah, untung pengumuman dari cockpit bahwa pesawat segera mendarat, datang menyensornya…astagfirullahal azim tapi Aku merasakan, mata Aku mengucapkan..alhamdulillah.. huuss, benar-benar berada menggantung antara langit dan bumi! Tidak jelas mau berpijak dimana!

IMG_0969      IMG_1597

Baru terasa berpijak di bumi ketika roda pesawat sudah menyentuh landasan pacu Bandara Sepang yang menimbulkan suara sedikit gemuruh di cuaca udara malam yang makin dingin tapi cerah. Pengumuman meminta semua penumpang turun sekitar lebih kurang satu setengah jam. Kami turun belakangan karena lokasi letak seat kami pada posisi hampir di ekor pesawat. Hanya yang dibawa hand bag sedang yang lain ditinggal. Welcome to Kuala Lumpur Int’l Airportsapa seorang gadis Melayu dalam bahasa Inggris sambil mengacungkanpas transit warna merah dan kami mengambilnya. Alhamdulillah, begitu kami keluar dari pintu Abang kami AniesHelmi menyambut kami. Beliau telah lebih dulu keluar, karena telah sampai ditujuan Sepang-Kuala Lumpur :

“..Zul saya sudah tunggu dari tadi, kog lama sekali keluarnya?..” tanya Abang kami itu.
“Kami dibelakang Bang.. dan berpikir tadi mau tidak turun, tapi nyatanya harus turun semua..” jawabku.
Abang kami itu mungkin mengira kami sudah biasa naik pesawat KLM dan sudah tahu harus turun, padahal baru pertama kali ini.Walaupun sudah diumumkan untuk turun, kami pikir bisa tidak turun dan tidur-tiduran di pesawat sambil menunggu. Seperti pengalaman naik bus di terminal Kampung Rambutan saja!.

Kami bertukar kartu nama. Dan barulah Aku tahu beliau sudah bekerja di Kuala Lumpur sekarang, tidak di Singapore lagi, begitu juga dengan perusahaan minyak tempat beliau bekerja sudah berbeda. Pada kartu nama yang diberikan kepada kami, jelas tertulis alamatnya di Kuala Lumpur Malaysia. Beliau mengundang kami ke Malaysia dan tiada ucapan yang paling tepat kami sampaikan,kecuali InsyaAllah. Setelah saling menanyakan keadaan keluarga, dengan raut muka setengah tak percaya, beliau menanyakan kepada kami, mau berangkat kemana? Rasa kaget beliau bisa bertemu dengan kami, mungkin sama dengan rasa kaget kami ketika diumumkan, bahwa kami berdua berhak mendapat rewardperjalanan ke Barcelona Spanyol ini. Karena keterbatasan waktu, kami akhirnya berpisah dan setelah berpisah barulah kami ingat, bahwa kami lupa berfoto bersama beliau yang sudah lama tak bertemu itu, padahal tustel ada di dalam hand bag kami. Begitulah sebuah pertemuan dan perpisahan terjadi dalam kehidupan manusia antara orang-orang yang kita cintai dimana dan kapanpun tempat dan waktunya.

Bandar udara KLIA Sepang dengan kode IATA KUL yang terletak di negara bagian Selangor Malaysia ini sebuah bandar udara utama di Malaysia yang dibangun pada tahun 1998 dengan slogan awal pembangunannya adalah ”Bringing the World to Malaysia and Malaysiato the World”, yang artinya membawa dunia pada Malaysia dan Malaysia pada dunia. Itulah sebuah semboyan dari negeri jiran kita untuk dapat menarik wisatawan mancanegara datang ke Malaysia dengan membangun dan mengelola dengan baik pintu gerbang utama wisatawan masuk dan keluar dari Malaysia melalui udara. Bandara ini didesain oleh seorang arsitek asal Jepang Kisho Korukawa dengan memasukkan konsepbandara di tengahhutan atau hutan didalam bandara. Konsep masa kini perpaduan antara kecanggihan arsitektur fisik bangunan dengan kondisi alam bernuansa ramah lingkungan. Ada taman hutan ‘jungle’ yang terdiri dari pohon-pohon penghijauan,air mancur, jalan setapak berkeliling yang dapat mengusir kepenatan sejenak dari perjalanan panjang. Bandara dengan luas landasan dan bangunan lebih kurang 100 km persegi itu diperkirakan dapat menampung hingga 130 juta penumpang pertahun dilengkapi dengan petunjuk informasi dalam bahasa Melayu, Inggris,Tionghoa, Jepang dan Arab.
Sayang sekali kami tidak dapat menikmati suasana bandara KLIA berlama-lama karena harus segera kembali ke pesawat melanjutkan perjalanan setelah hanya sempat berfoto di daerah sekitar gate keberangkatan.

IMG_0978    IMG_0966

Diperkirakan sekitar jam 23.00 pesawat mulai boardingembali dan setengah jam kemudian burung garuda raksasa itu kembali mengudara. Tidak begitu jelas terlihat lagi di luar melalui jendela pesawat semua sudah mulai gelap dalam balutan malam, hanya kiri-kanan landasan pacu yang terang oleh lampu kecil-kecil yang teratur menyala terang memanjang. Do’a dan zikir kembali berbisik dalam jiwa ketika pesawat mulai bergerak pelan dan makin lama makin cepat seterusnya kembali menggantung antara langit dan bumi seolah tidak bergerak. Pada suatu ketinggian posisi badan pesawat mulai mendatar, lampu-lampu cabin mulai menyala kembali. Telingaku sempat tidak mendengar apa-apa, ada suara seolah jauh orang berbicara akan tetapi kecil dan halus sekali. Aku mencoba memutar kekiri kanan, senam leher dan menggerak-gerakkan mulut supaya udara kembali memasuki gendang telingaku dan aku dapat mendengar suara dengan jelas lagi. Tak lama alhamdulillah kembali normal.

Kepada siapa lagi tempat kita bergantung dalam kondisi seperti ini, bisakah kita berharap kepada pesawat yang notabenenya buatan otak manusia itu. “..Semakinkita mengerti cara kerja dan mekanisme mesin pesawat, maka semakin takut kita naik pesawat”. Itu bukan kata-kata yang keluar dari mulutku. Itu kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh seorang Teknisi Mesin Pesawat Garuda yang beberapa puluh tahun yang lalu pernah bercerita panjang lebar tentang profesinya disebuah kos-an di daerah Jakarta Timur. Masih lengket di ingatanku, sayup-sayup terlintas dalam benakku membuat makin menciut sendiri ditambah udara dingin AC, tak berani Aku sampaikan pada pasanganku, karena Aku takut Ia juga mengalami hal yang sama.. Ketika menggantung antara Langit dan Bumi,sebagian manusia semakin sensitif dan dekat pada Pemilik Alam Semesta (Tuhan)nya, sebagian yang lain mungkin Cuek-cuek saja…!

Jakarta, 5 Mei 2011
Zulaidin Mas

Tinggalkan komentar